//tukangMoto : Belajar Fotografi

my quest for the light … and life

Fotografi : teknis

with 14 comments


ajari aku fotografi dong?
Kita kenali dulu toolnya . Apalagi kalau bukan kamera. Kamera bertugas utk mengumpulkan cahaya yang masuk. Cara kerjanya , cahaya yg dipantulkan obyek masuk melalui lensa , melewati gerbang (shutter) lalu direkam ke bentuk data oleh sensor/film. Kebayang kan? utk mengatur jumlah cahaya yg masuk kita harus meng-configure bbrp elemen:

  • Aperture .. ini bukaan lensa. makin lebar dibuka , makin bnyk cahaya yg bisa masuk ..logis kan?
  • Shutter .. seperti saya bilang diatas ini ibarat gerbang. begitu gerbang dibuka , cahaya akan masuk ke sensor/film. jadi jgn dibuka lama2 , secukupnya saja . durasi bukaan shutter ini dikenal juga sebagai Shutter Speed.
  • ISO/ASA .. cahaya akhirnya sampai di sensor/film. ISO/ASA ini menentukan seberapa kuat sensor bekerja utk merekam cahaya. makin besar ISO/ASA rating..makin bnyk cahaya yang terekam

lalu bagaimana kita tahu berapa bnyk cahaya yg dibutuhkan ?
jawabnya secukupnya sehingga hasil fotonya tampak seperti yg kita inginkan. kamera modern sudah memiliki kemampuan utk mengukur cahaya dinyatakan dalam sebuah nilai Exposure Value (EV). hasil foto normal biasanya bernilai EV 0 ( notes: sebenarnya tidak selalu EV0 sih , malah terkadang harus di kompensasi biar hasilnya normal . kok bisa? karena kamera itu bego ..iya benar! hmm singkatnya terkadang kamera salah mentafsirkan / mengukur cahaya yg ada) . EV-n berarti lebih gelap , EV+n berarti lebih terang. Di viewfinder kamera ada indikasi nilai tsb kok.. bisa dilihat , biasanya di paling bawah ada semacam indikator . Kalau di Nikon : – …|…0…|…+

hmm, jadi kita mengatur2 3 elemen diatas (aperture,shutter dan iso) supaya EV 0 ??
yaaa kurang lebih begitu. kamera biasanya sudah memiliki mode bantuan utk pengaturan tersebut..jgn khawatir 🙂 . beberapa diantaranya ( ini utk Nikon ya.. merk lain sama saja cuma beda nama ):

  • Manual Mode (M) : ini hardcore.. kita sendiri yg mengubah2 3 elemen diatas , apapun hasilnya kamera bakal nurut. cuman ya sedikit tricky karena harus manual setting ini itu biar pas Exposure Value-nya
  • Aperture Priority ( A ) : prioritas untuk nilai Aperture .. kita tinggal set nilai Aperture yg kita inginkan , EV yang kita inginkan (biasanya EV 0) selanjutnya kamera akan mengatur sendiri nilai Shutter-Speed dan ISO yang sesuai . ( notes: nilai ISO biasanya kita set manual .. namun di bbrp bisa set Auto . Dalam hal ini kita gunakan Auto-ISO )
  • Shutter Priority ( S ) : prioritas utk nilai Shutter-Speed .. tentukan brp speed yg kita inginkan dan selanjutnya kamera akan mengadjust sendiri nilai Aperture dan ISO ( Auto-ISO on ).
  • Auto Mode : jaaaaah .. tinggal jepret aja daah. tapi dijamin membatasi kreatifitas anda 🙂

Kreatifitas ? kok bisa.. kan cuma atur2 3 elemen itu doang ?
Justru setiap pengaturan elemen tsb dapat menimbulkan

  • Aperture : berpengaruh ke DOF ( Depth Of Field ) atau ruang tajam. panjang lebar kalau dijelasin..mending baca tutorial di Internet yg sudah ada 🙂
  • Shutter-Speed : bisa mem-freeze sebuah gerakan motion , atau merekam jalur cahaya
  • ISO : menambah efek noise / bintik-bintik

dan tentunya kreatifitas si fotografer dalam merekam obyeknya. sebut saja seperti komposisi obyek2 di fotonya, sudut pengambilan, dll dll .. 🙂

Eh, tadi katanya kamera itu bisa bego ? kok bisa sih di zaman canggih kyk gini..
kamera kan mempunyai kemampuan utk mengukur cahaya atau dikenal jg sebagai metering.iya ya..mirip meteran buat mengukur :p . nah , kamera menggunakan asumsi bahwa semua obyek memiliki intensitas cahaya 18% (abu-abu / middle gray ). artinya? obyek warna hitam dianggap abu-abu.. obyek putih jg dianggap abu-abu..repot kan 🙂 .. oleh sebab itu utk bbrp kondisi , kita harus mengkompensasi exposure value ( Exposure Compensation ) . misal: utk membuat obyek warna putih (salju misalnya) tampak benar-benar putih kita harus menambah cahaya yg masuk. (EV+n)
di kamera modern sudah ada bbrp mode utk metering .. perbedaannya hanya dari luas area yg diukur

  • Spot Metering : kamera akan mengukur sebagian keciiil dari area , di Nikon D50 sekitar 5% dari area viewfinder. Di kamera Pro bisa lebih kecil lagi sehingga akurat
  • Centerweight : lebih luas dari Spot , hmm sekitar 15% lah kyknya
  • Matrix : mengukur semua area…pluuuusss , menganalisa kondisi area yg ada. ada algoritmanya , ada databasenya komplit utk memudahkan fotografer. ini pilihan buat yg mau gampang ..

setelah diukur lewat mode metering , kamera akan tahu kondisi cahaya yg ada dan dapat mengkalkulasi nilai2 yg dibutuhkan utk mengumpulkan cahaya yg cukup. Artikel bagus membahas metering bisa dikaji disini.

Teori !!! mau praktek ah.. ada kata2 terakhir?
Pegang dan pahami teknisnya dulu .. kenali kamera sebagai tool untuk fotografi. Cara kerjanya , kelebihan dan kekurangannya. Dengan begitu akan lebih mudah kalau kita hendak mengabadikan sebuah momen. Tidak lagi menyerahkan semua ke mode Auto .. lepaskan jiwa kreatifitas anda.. berkreasilah dengan tool tsb. Selamat memotret.. yuk belajar bareng

Written by admin

Oktober 23, 2009 pada 5:26 pm

Ditulis dalam Belajar, nikon, Tip Trik

Tagged with

14 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. Mantap, ada istilah hardcore segala… asyik nih penjelasan teknisnya jelas dan mudah dimengerti..

    Mas Gaptek

    November 22, 2009 at 2:37 pm

    • thx mas, saya yakin mas gaptek pasti lebih dual-hardcore lagi 🙂

      tukangmoto

      November 24, 2009 at 7:54 am

  2. mas.. saya baru mau jadi pemula… saya bingung dalam pemilihan kamera yg baik dgn harga yg ekonomis… saya ingin terjun di bidang wedding photo… saya pernah baca bahwa pemula di wedding photo dgn kamera 10 mega pixel dan 135 mm sudah cukup… tapi spesifikasi ini saya kurang ngerti mas… nah kenapa ga langsung ke contoh kasus aja mas utk rubrik ini… misal utk kamera ini spesifikasi nya spt ini… gitu loh mas… biar lebih jelas lagi… thanks…

    yudi

    April 10, 2010 at 5:07 pm

    • hmm saya kurang jago klo dalam per-spesifikasi-an / teknologi kamera euy .. masalah memilih kamera memang pelik dari dulu. coba dipahami kebutuhan dalam wedding photo itu sendiri? baru nanti ada bayangan apa yg akan dibutuhkan. klo rubrik diatas kan ceritanya belajar setelah membeli kamera 🙂

      klo wedding .. kamera + kit standard jg bisa , plus lighting tambahan: seperti flash dll

      tukangmoto

      April 10, 2010 at 7:01 pm

  3. Mantappp….penjelasannya lengkap hehe

    motoyuk

    Juni 14, 2010 at 4:02 am

  4. […] foto diatas saya menggunakan metering Spot karena lebih mudah mengarahkan titik metering . Metering lainnya ( Average dan Matrix ) tetap […]

  5. penjelasan yang simpel tapi bernilai…

    Budi

    Juli 14, 2010 at 5:33 am

  6. […] foto diatas saya menggunakan metering Spot karena lebih mudah mengarahkan titik metering . Metering lainnya ( Average dan Matrix ) tetap […]

  7. mas, mana yang lebih baik kita pilih saat kondisi minim cahaya (malam) Aperture atau Shutter priority ? (selain manual) ..

    hpnugroho

    November 14, 2010 at 6:39 am

    • Aperture Priority ,
      karena shutter-speed tinggi tidak selalu dapat bisa tercapai pada kondisi minim cahaya. bisa-bisa nanti hasil fotonya under/gelap ! kalau aperture priority pasti bisa terang meski shutter-speednya lambat sekali.

      tukangmoto

      November 15, 2010 at 8:24 am

  8. Saya newbie, kamera saya canon 550D dan mempunyai budget terbatas ,kalo mo cari lensa tele yang harganya murah kira-kira type apa ysa ? Tks infonya

    Didy

    Januari 15, 2011 at 3:24 pm

    • coba cek lensa 70-300mm atau 55-250mm ,
      lensa tele standard biasanya range sekitar 1-2 jt

      tukangmoto

      Januari 17, 2011 at 3:00 pm

  9. Mas kalo punya saya Canon PowerShoot A495 Nggak ada menu2 diatas, Kecuali ISO yang ada jadi gimana ngaturnya???

    Udin Husnudin

    April 13, 2013 at 11:57 am

  10. […] foto diatas saya menggunakan metering Spot karena lebih mudah mengarahkan titik metering . Metering lainnya ( Average dan Matrix ) tetap […]


Tinggalkan komentar